KEBERKAHAN KOTA TAREM

 ๐Ÿ“ *KEBERKAHAN KOTA TAREEM*

๐ŸŽ™️ _Ustadz Lutfi Husein_


Ketika engkau tak sempat berkunjung ke kota yang dipenuhi keberkahan di Tareem sana, bukan berarti engkau tak diizinkan oleh Allah, tetapi boleh jadi kau sambangi orang - orang alim yang sampai kepada ulama - ulama pun para Auliya di Tareem, mereka berguru kemudian menyampaikan apa yang disampaikan ilmu tersebut kepada orang awam yang bahkan tak mengenal sedikitpun tentang Tareem.


Habib Umar bin Hafidz berkata, "Sebagian dari mereka keluar dari Tareem, sebagian dari mereka keluar dengan Tareem."


Dimana sebagian dari murid - murid Tareem boleh jadi keluar dari kota yang dipenuhi keberkahan tersebut namun kebiasaan yang mereka kerjakan disana telah sirna, namun ada pula sebagian murid - murid Tareem yang keluar dari kota tersebut dengan membawa seluruh keberkahan tersebut dan dibagikannya kepada orang lain.


Ada seorang penyair pula yang berkata, "Ya Allah seandainya aku memiliki rumah di kota Tareem, sungguh beruntung diriku, walaupun rumah tersebut hanyalah seperti gua, yang melindungiku dari hujan dan panasnya matahari."


Betapa banyak orang - orang yang mengharapkan untuk tinggal di Kota Tareem, dimana ada salah satu ulama yang berkata, yakni Habib Abdurrahman Assegaf bahwa, "Jalan - Jalan di kota Tareem adalah guru bagi mereka yang tak memiliki guru."


Sampai - sampai ada seorang Syeikh dari Mesir yang merasa tidak terima akan perkataan tersebut dan merasa tak yakin, hingga berangkatlah ia ke kota Tareem. Disana beliau merasa haus ketika tepat berada di pinggiran kota Tareem, beliau pun melihat sebuah gerabah untuk minum di kota tersebut, minumlah ia sembari berdiri, namun tiba - tiba seorang anak menegurnya, "Ya Syeikh, Aib, Bukankah Baginda Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam mencontohkan bahwa hendaknya engkau makan dengan duduk tidak dengan berdiri." Baru sampai situlah beliau mempercayai perkataan bahwa jalan - jalan di Kota Tareem memanglah jalan bagi para orang - orang berilmu bagi mereka yang tak berguru.


Ada pula seorang Syeikh berkata, "Bahwa mereka penduduk Tareem adalah penduduk yang lebih pantas apabila disebut dengan malaikat."


Karena didalam hidup mereka hanya dilakukan untuk beribadah hanya kepada Allah, mereka berkhidmat kepada Allah dan kekasihNya, Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam. Sehingga Allah berikan keberkahan pada kota Tareem.


Imam Al - Haddad, seorang ulama Tareem pernah berkata kepada muridnya, "Sungguh tidak ada satu Sunnah nabi pun yang aku lewatkan," Muridnya pun menanggapi, "Wahai Imam, sesungguhnya ada satu Sunnah yang tidak engkau kerjakan," Sang Imam pun bertanya kepadanya amalan apa yang belum beliau kerjakan, Sang murid pun berkata padanya, "Bukankah Rambut Rasullullah Shalallahu'alaihi itu panjang hingga sebahu." Maka dibukalah surban daripada Imam Al - Haddad, sampai pada saat wafatnya barulah diketahui bahwa rambutnya telah memanjang sebagaimana Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam, hingga tak ada satupun Sunnah yang beliau tinggalkan.


Dari sinilah disimpulkan sejatinya orang - orang di Tareem selalu menghidupkan Sunnah Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam bagi orang awam sekalipun, bahkan para Syeikh dari Maraqo yang kala itu berkunjung ke Tareem mengatakan bahwa tak sekalipun beliau dapati rumah - rumah penduduk Tareem sepi tanpa adanya suara lantunan Al - Qur'an, mereka menghidupkan Al - Qur'an didalam kota tersebut.


Pun disana juga lebih menekankan daripada amalan setiap pengetahuan, sekalipun tak banyak yang dipelajari dan hanya ilmu yang itu saja. Berbeda dengan orang - orang di kota lain yang telah belajar dengan kitab yang derajatnya lebih tinggi, sampai mampu meremehkan orang - orang di Tareem, padahal murid - murid disana dibandingkan mengejar tingginya ilmu, mereka lebih mengutamakan pengamalan ilmu yang telah dipelajari baru kemudian mempelajari ilmu yang lain.


Sampai pernah ada seorang murid dari negara lain yang berkata dengan remeh, "Orang - orang yang menyapu di negaraku, lebih baik daripada orang - orang di kota Tareem." Hingga didengarlah perkataan tersebut ke telinga Habib Ali Habsyi, bahkan muridnya pun berkata kepada beliau, "Wahai guru tolong kirim kami untuk mendebat mereka." Namun sang guru hanya berdiam. Baru sampai suatu hari kemudian datanglah undangan dari negara yang orangnya pernah meremehkan kota Tareem, Habib Ali Habsyi pun mengirimkan seorang tukang sapu dan tukang pembuat kopi yang sama sekali tak pernah berguru. Si Fulan yang dikirim oleh Habib Ali Habsyi saat sampai ke sana pun hanya mendapatkan pandangan yang sekali lagi meremehkan, namun tepat saat sebuah pertanyaan dilontarkan ditengah pengajian, tak satupun murid dari negara asal yang mampu menjawab yang kemudian di jawab langsung oleh Si Fulan yang berkata dengan lantang, "Ketahuilah aku adalah Si Fulan, tukang sapu dan seorang pembuat kopi daripada Habib Ali Al - Habsyi."


Para guru bercerita orang - orang di Tareem ketika berdagang ataupun melakukan suatu pekerjaan, yang mana  saat itu dagangan dalam keadaan sepi mereka isi waktu - waktu senggang tersebut dengan membaca Al - Qur'an ataupun mempelajari kitab - kitab Fiqh ataupun kitab yang lainnya.


Diceritakan pula oleh Habib Umar bin Hafidz tentang bagaimana seorang pembeli yang kemudian melihat seorang pedagang yang menjual dagangannya namun tak ada satupun yang membeli. Sang pembeli tersebut pun menawarkan padanya bahwa dirinya ingin membeli namun dengan harga yang dirasa lebih tinggi dibanding harga sesuai yang telah ditentukan si pedagang, sang pembeli pun pergi setelah mendapatkan barang yang ia beli sembari berkata, "Ya Allah aku niatkan sesuatu tersebut sebagai sedekah bagiku."


Begitu pula diceritakan bahwa pernah ada seorang penjual yang tak satupun pembeli mendatanginya, adapun satu orang pembeli ia dapati itupun membeli dengan syarat meminta harga rendah baru sang pembeli mau mengambil dagangnya. Si penjual tersebut pun dengan penuh keikhlasan menuruti apa yang sang pembeli syaratkan tadi sembari berkata dalam hatinya, "Ya Allah aku niatkan ini sebagai sedekah bagiku."


Ma Syaa Allah, betapa indahnya akhlak para ahlul Tarim bahkan yang hanya sekedar pedagang, tak sedikitpun mereka mau berbahagia sendiri tanpa membagikan kebahagiaan tersebut kepada para saudaranya. 


Adapun sebuah Syair yang didalamnya mengatakan, "Aku berdoa kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dengan mereka para pemimpin yang berada di kota Tareem, baik itu kepada mereka kaum lelakinya, baik itu kepada mereka para anak - anak kecil, dan baik itu kepada mereka kaum perempuannya."


Habib Haidar Bin Muhsin berkata, "Terkadang ketika engkau hendak  berziarah, hendak  mengunjungi para Waliyullah, baik dalam keadaan hidup maupun mati ataupun datang ke sebuah tempat yang didalamnya terkenal dengan keberkahan, ada saja yang menjadi penghalang agar seseorang mampu sampai kepada tempat tersebut pun bahkan sampai tak terbersit dalam qolbu untuk mengenal mereka, maka boleh jadi merekalah yang enggan untuk dikunjungi olehmu, merekalah yang enggan melihatmu pun menjumpaimu atau bahkan mengizinkan untuk dikenal oleh dirimu."

Sebagaimana yang dikatakan, "Tidaklah hati dan bibir orang - orang digerakkan untuk bershalawat kepada Baginda Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam kecuali Baginda Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam merindukan mereka."

๐ŸŒนKa Seftia๐ŸŒน

๐Ÿค ALFAKIR ILMU ๐Ÿค


Comments

Popular posts from this blog

IKHLAS TERHADAP KETETAPAN ALLAH

KITAB FIQIH PRAKTIS - ABUYA YAHYA

SEBAIK-BAIKNYA PRASANGKA - USTADZAH DARA HUSAIEN